Ini sebenernya saya lakukan karena ikut-ikutan teman, saya merasa kesepian jika hari libur karena kebanyakan teman-teman saya berjualan telor bahkan ikan di pasar “pagi mandirancan” —pasar dadakan yang uang ada dekat kampong kelahiranku dan bisanya dipenuhi oleh tukang sayur.
Berangkat selepas subuh lalu pulang sebelum Zuhur, telah dilakoni teman-teman saya untuk mencari uang sekaligus untuk menambah uang jajan. Awalnya saya ragu untuk ikut berjualan kerupuk karena harus bangun pagi-pagi di waktu libur sekolah, tapi daripada tidak ada teman, lebih baik saya ikut berjualan, pikir saya ketika itu.
Kerupuk kiloan kami peroleh dari tetangga kami yang memang memiliki kios kerupuk dan ia juga menjadi distributor kerupuk skala menengah. Sebelum berangkat berjualan, kami memilah kerupuk yang akan kami jual di gudang kerupuk milik tetangga saya itu.
awalnya saya sangat bingun bagaimana cara menghadapi pembeli dan merespon tawaran harganya. Hal ini saya serahkan kepada Yanto teman saya karena ia sudah terbiasa berjualan dan menghadapi berbagai macam karakter pembeli.
Akhirnya, setalah beberapa menit melakukan tawar menawar, ibu itu membeli dua buah kerupuk yang harganya masing-masing Rp.5.000. Senang bukan kepalang saya saat itu, karena ini pengalaman pertama saya berjualan dan mendapatkan uang dengan cara berjualan, di pasar “pagi” pula yang becek dan bau.
Walapun ketika itu saya dan Yanto hanya mendapat uang Rp.10.000, namun hati saya sangat puas dan ketagihan berjualan kerupuk dikemdian hari yang pada akhirnya saya lakoni selama sebulan penuh selama liburan sekolah.
Selain mendapatkan uang, berjualan kerupuk yang saya jalani dalam waktu singkat itu telah memberikan begitu banyak pelajaran berharga untuk diri saya pribadi. Di samping mendapatkan sedikit ilmu marketing, saya juga lebih menghargai perjuangan orang tua yang dengan tulus, ikhlas membanting tulang untuk menghidupi keluarganya dan menyekolahkan saya sampai mau menjadi calon sarjana.
0 komentar:
Posting Komentar